Banyak sekali jenis tumbuhan yang berguna bagi kesehatan tubuh manusia. Diantara sekian banyak jenis tumbuhan yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh adalah tumbuhan jahe.
Institut Pertanian Bogor, melalui lembaga Pusat Studi Biofarma mengadakan penelitian tentang jahe yang sangat berguna bagi kesehatan, bahkan jahe merupakan tumbuhan yang menjadi salah satu bahan untuk minuman tradisional jamu.
Menurut Prof Dr Ir Latifah K Darusman, Kepala Pusat Studi Biofarma IPB, jahe merupakan tanaman obat yang telah dikenal sejak lama dan digunakan secara luas.
Berikut ini, simak daftar tanya jawab yang dilakukan dengan Prof Dr Ir Latifah K Darusman seputar penelitian jahe yang dilakukan oleh Pusat Studi Biofarma IPB. Dalam memberi keterangannya, Prof Dr Ir Latifah K Darusman dibantu oleh dua orang stafnya, yakni Rudi Heryanto, SSi, MSi (keahlian separasi bahan aktif) dan Dr Min Rahminiwati (keahlian farmakologi).
Sejauh mana inovasi yang dilakukan IPB pada jahe?
Penelitian-penelitian terkait dengan khasiat/kegunaan jahe memang banyak yang sudah melakukannya. Namun, IPB melalui Pusat Studi Biofarmaka mencoba melakukan kajian terkait dengan jahe pada segmen yang belum banyak disentuh yaitu segmen budidaya, potensi pasar dan kontrol kualitas simplisia jahe. Walaupun begitu beberapa kajian khasiat jahe seperti sifat antioksidannya ataupun cara formulasinya menjadi suatu produk juga tetap dilakukan.
Beberapa penelitian terkait dengan jahe yang telah dilakukan oleh Pusat Studi Biofarmaka adalah, pembuatan prosedur operasi standard untuk budidaya jahe, dengan keunggulan sistem budidaya berbasis bahan bioaktif. Pengembangan teknik analisis untuk kontrol kualitas simplisia jahe. Dalam kajian ini telah dicoba dikembangkan metode penentuan bahan aktif jahe secara langsung dari simplisianya. Juga pengkajian strategi untuk menjadikan jahe sebagai komoditas ekspor. Kajian-kajian ini dilakukan baik secara mandiri ataupun dilakukan bekerjasama dengan instansi lain seperti Departemen Pertanian dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Berdasarkan penelitian, ada berapa macam/jenis jahe?
Sampai saat ini, Pusat Studi Biofarmaka tidak melakukan penelitian untuk identifikasi keragaman jenis jahe. Mungkin untuk hal ini Balittro-Deptan, telah melakukannya. Adapun untuk penelitian tentang jahe yang selama ini dilakukan, Pusat Studi Biofarmaka menggunakan tiga jenis jahe yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah. Untuk aplikasi budidaya yang sedang kami lakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan di Kalimantan Timur (kerjasama ITTO-PSB, IPB-Dephut-PT Inhutani), jenis jahe yang dibudidayakan adalah jahe merah.
Apakah kandungan zat yang berbahaya pada jahe?
Tidak ada efek berbahaya yang akan ditimbulkan oleh komponen kimia dalam jahe selama penggunaannya dilakukan sesuai dengan anjuran. Namun yang harus diperhatikan adalah keberadaan bahan kimia lain (misalnya flatoksin) yang disebabkan kontaminasi simplisia jahe oleh misalnya Aspergillus sp.
Seberapa penting atau besar/dominant jahe dibanding tumbuhan lain untuk kesehatan?
Jahe merupakan salah satu tanaman obat yang paling sering digunakan untuk komponen jamu. Pusat Studi Biofarmaka bekerjasama dengan Oxford Natural Product telah melakukan studi inventori tumbuhan obat yang digunakan jamu untuk sembilan jenis penyakit. Hasil studi menunjukkan bahwa jahe tercatat sebagai komponen jamu untuk 7 jenis penyakit dan merupakan tanaman obat yang paling umum digunakan untuk jamu yang berkhasiat sebagai penghilang sakit/antiinflamasi dan penghilang gangguan saluran pencernaan.
Bahan-bahan apa saja yang boleh atau dilarang dicampur dengan jahe?
Beberapa studi menunjukkan bahwa pada penggunaan sesuai dosis klinik, jahe tidak berinteraksi dengan pengobatan yang lain.
Lebih baik mana, jahe dimanfaatkan untuk tubuh apakah sesudah makan atau sebelum makan?
Terkait dengan kandungan senyawa bioaktif jahe yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan luka pada lambung maka ada baiknya jahe dikonsumsi sebelum makan.
Bagaimana proses pengolahan jahe yang aman sehingga struktur kandungannya tidak berubah?
Senyawa bioaktif yang dikandung jahe (misalnya gingerol atau minyak atsirinya) merupakan senyawa thermolabile. Untuk itu pengolahan yang menggunakan panas yang berlebihan patut untuk dihindari. Walaupun demikian, dalam larutan berair, gingerol dapat bertahan sampai suhu 100 derajat celcius.
Ada kontradiksi yang dialami tubuh bila jahe dikonsumsi setiap hari. Berbahaya atau tidak?
Dalam suatu monograf disebutkan bahwa penggunaan serbuk jahe secara oral pada kadar 2 gram perhari (dalam satu dosis atau dibagi menjadi beberapa kali) dapat dilakukan dalam waktu yang tidak dibatasi.
Ada kontradiksi bila jahe dikonsumsi oleh penderita maag, karena dalam jahe ada zat yang bertolak belakang dengan asam lambung?
Belum ada informasi terkait dengan kontradikasi jahe pada dosis yang dianjurkan selama ini. Hanya saja, satu penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari India menunjukkan bahwa penggunaan serbuk jahe pada dosis 6 gram perhari dapat menyebabkan iritasi lambung.
Komposisi jahe akan bermanfaat pada kondisi apa saja? Penyakit apa saja yang bisa dicegah oleh kandungan jahe dan dosisnya berapa dan bila dibuat sendiri pengolahannya bagaimana? Untuk penyembuhan? Penyakit apa saja?
Secara prekinik baik in vitro maupun in vivo, jahe telah dibuktikan memiliki efek antimikrob, antifungal, antihelmintik, antioksidatif, antiimflamasi, antitumor, bersifat imunomodulatori, antilipidemic, bersifat analgesik, dan memiliki efek perlindungan terhadap saluran pencernaan.
Sedangkan secara klinik, efek yang paling nyata dari jahe adalah untuk menghilangkan gejala mual pada perempuan hamil.
Untuk efek yang lainnya misalnya mencegah mual setelah operasi, mencegah mabuk karena perjalanan, dan sakit karena osteoartitis, secara studi klinik sampai saat ini cukup efektif tapi masih harus dikonfirmasi dengan studi yang lebih jauh.
(dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar