Selasa, 22 Februari 2011

Jahe Berpotensi Mencegah Infeksi Virus


Fransiska Rungkat-Zakaria
Jahe yang punya nama ilmiah Zingiber officinale roscoe merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia. Sebagai bahan bumbu masak, jahe umum sekali digunakan di dapur-dapur keluarga Indonesia maupun negara-negara Asia lainnya. Selain sebagai bumbu masak, jahe juga banyak sekali digunakan sebagai bahan pembuat jamu dan obat-obatan tradisional. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di banyak negara Asia lain. Salah satu khasiat jahe yang paling sering dibicarakan adalah kemampuannya dalam meningkatkan daya tahan tubuh untuk menangkal gejala masuk angin. Khasiat ini terlihat dari banyaknya resep yang menggunakan jahe sebagai penghangat badan di kala cuaca buruk. Minuman jahe merupakan suguhan penting pada acara-acara begadang di lingkungan tetangga, seperti saat menunggu jenazah di malam hari atau menyiapkan pesta perkawinan dan kegiatan lain sejenisnya. Minuman ini dipercaya dapat menghindarkan masuk angin dan menjaga tubuh tetap bugar walaupun menghadapi stres, cuaca buruk, dan kegiatan fisik yang melelahkan. Pada resep-resep tradisional China, jahe dipercaya dapat menguatkan tubuh pada saat penyembuhan, misalnya resep sup ayam jahe yang wajib dimakan perempuan pada saat baru melahirkan.
Masuk angin
Masuk angin secara ilmiah merupakan gejala melemahnya sistem kekebalan tubuh sehingga memungkinkan virus yang senantiasa berada pada tubuh kita mulai menang dan berada di atas angin. Sistem imunitas kita melemah sehingga perlawanan menjadi goyah. Bila kondisi ini terus berlanjut, kemenangan virus dalam menjajah tubuh kita akan segera diikuti oleh kemenangan bakteri lainnya sehingga tubuh kita akan bereaksi dengan menghasilkan demam tinggi yang dikenal dengan infeksi. Infeksi ini bisa dimulai dari saluran pernapasan dan berlanjut sampai ke saluran pencernaan. Apabila tidak tertahan, dapat bersifat fatal.
Hubungan antara melemahnya sistem imun tubuh dan kepercayaan mengonsumsi minuman jahe telah menarik perhatian banyak peneliti. Hasil penelitian ilmiah mengenai khasiat jahe telah mulai dipublikasikan semenjak 20 tahun yang lalu.
Jahe ternyata mengandung berbagai senyawa fenolik yang dapat diekstrak dengan pelarut organik dan menghasilkan minyak yang disebut oloeresin. Dalam oloeresin jahe banyak terkandung senyawa fenolik seperti gingerol dan shogaol yang mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi melebihi aktivitas antioksidan vitamin E. Penelitian yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor dan didanai dengan dana proyek hibah Pascasarjana mengamati dampak jahe pada sel-sel imun tikus percobaan yang dilanjutkan dengan penelitian pada manusia. Pada tikus percobaan, hewan diberi minuman jahe setara dengan dua atau tiga gelas minuman jahe dengan rasa yang dapat diterima manusia selama enam minggu. Pada akhir percobaan, sel-sel imun dari limfa tikus dikeluarkan lalu dikultur secara in vitro dengan media pertumbuhan sintetik. Dengan cara ini performa sel-sel imun tikus yang telah diberi minuman jahe dapat diamati. Hasil pengamatan menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan pertumbuhan sel imun secara sangat signifikan dari tikus yang mendapat minuman jahe. Adapun jenis sel imun yang peningkatan pertumbuhannya paling tinggi adalah jenis sel imun yang disebut natural killer (NK). Sel imun ini amat penting karena NK merupakan sel imun yang bertugas menghancurkan sel-sel tubuh yang terinfeksi virus sehingga virus ikut mati. Selain itu, sel NK juga bertugas menghancurkan sel-sel tubuh yang telah mengalami mutasi genetik. Sebagaimana diketahui, satu saja sel tubuh yang mengalami mutasi dan berkesempatan untuk hidup terus dapat menjadi cikal bakal sel-sel kanker.
Penemuan khasiat jahe pada tikus dinilai perlu mendapat perhatian sehingga penelitian yang setara dilanjutkan dengan percobaan pada manusia. Penelitian pada manusia melibatkan 22 mahasiswa pria sehat sebagai responden yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama sebagai placebo, yaitu tidak mendapat minuman jahe, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang mendapat minuman jahe. Mereka menyetujui dan menandatangani kontrak penelitian yang meliputi kewajiban meminum minuman jahe setiap sore hari selama tiga puluh hari dan tidak mengonsumsi makanan jajanan kecuali yang disediakan. Sebagai imbalan, mereka mendapat makanan secara gratis dan kenang-kenangan. Resep minuman jahe yang diberikan tidak banyak berbeda dengan resep minuman jahe yang umum dibuat di dapur keluarga Indonesia, yaitu jahe diparut, dimasak dengan air sampai mendidih, disaring, lalu diberi gula pasir secukupnya. Minuman jahe disiapkan setiap sore dan diberikan pada mahasiswa responden secara segar. Sebelum dan sesudah penelitian, para mahasiswa diperiksa oleh dokter umum di klinik lokal di Bogor sehingga dapat dipastikan bahwa semua berada dalam keadaan sehat. Darah mahasiswa diambil secara steril di klinik, lalu sel-sel imun dalam darah dipisahkan dan dikultur untuk diamati kemampuannya. Hasil yang diperoleh memperlihatkan sifat yang sama dari jahe, yaitu sel-sel imun dari mahasiswa yang mendapat minuman jahe setiap sore tumbuh lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak mendapat minuman jahe. Lebih lanjut lagi, sel NK diuji secara in vitro dengan cara diadu dengan sel-sel kanker darah atau leukemia. Hasilnya sekali lagi menunjukkan kemampuan sel NK membunuh sel kanker yang dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan sel NK dari mereka yang tidak mendapat minuman jahe.
Seperti telah dijelaskan di atas, sel NK adalah sel imun yang tugas utamanya adalah membasmi virus yang telah berhasil masuk dalam sel tubuh dan menghancurkan sel yang telah termutasi sehingga bahan atau senyawa yang dapat meningkatkan kemampuan sel imun ini dapat diartikan meningkatkan pencegahan terhadap virus dan penyakit kanker. Perlu diperhatikan bahwa kemampuan sel-sel imun yang terlihat pada kedua hasil penelitian ini tidak ditentukan hanya oleh minuman jahe saja. Baik tikus percobaan maupun mahasiswa responden yang terlibat penelitian ini mendapat perlakuan yang baik, artinya tenteram, tidak stres, dan mendapat makanan yang bergizi seimbang. Kemampuan sel-sel imun sangat tergantung pada zat-zat gizi yang dibawa oleh makanan. Bila zat-zat gizi telah cukup, tambahan suplemen seperti minuman jahe akan lebih meningkatkan kemampuan sel-sel imun dalam usahanya melawan berbagai mikro-organisme yang masuk dalam tubuh kita, yaitu virus dan bakteri.
Mikro-organisme
Dalam upaya mempertahankan diri terhadap berbagai jenis mikro-organisme, termasuk virus flu burung, syarat pertama adalah mengusahakan makanan yang seimbang, artinya membawa semua zat-zat gizi yang diperlukan, seperti protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang cukup. Seimbang berarti tidak ada yang kurang dan tidak ada yang lebih. Selanjutnya menjaga kebersihan, istirahat yang cukup, dan menghindari stres. Tambahan minuman jahe setiap sore telah terbukti, dari penelitian ini, dapat lebih meningkatkan sistem imun, khususnya kemampuan sel-sel NK dalam melisis sel-sel yang terinveksi virus dan sel-sel yang termutasi.
Komponen bioaktif utama dalam jahe, yaitu gingerol, merupakan senyawa yang tahan panas sehingga sajian jahe tidak selalu harus berupa minuman. Bentuk sajian lain yang menggunakan jahe, seperti sup ayam jahe, soto bening jahe, bubur kacang jahe, juga dapat memberikan khasiat yang sama. Yang penting adalah jumlahnya harus cukup banyak untuk mampu bekerja. Penelitian ini membuktikan bahwa pengamatan tradisional terhadap khasiat jahe dapat dibuktikan secara ilmiah sehingga manfaatnya perlu disebarluaskan.
Dr Fransiska Rungkat-Zakaria, Guru Besar pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar