Jumat, 04 Februari 2011

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn) Terhadap Bakteri Escherichia coli in vitro

Irmudita Ari Ramadanti*, Margawati DH**

ABSTRAK
Latar Belakang : Bawang putih ( Allium sativum Linn) merupakan salah satu
tanaman obat yang sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat. Bawang putih
diketahui dapat digunakan sebagai obat antibakteri.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak
bawang putih terhadap Escherichia coli secara invitro.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post test only control
group design. Sampel pada penelitian eksperimental ini adalah ekstrak bawang putih
(Allium sativum Linn) yang dibuat dengan metode maserasi. Metode yang digunakan
adalah uji aktivitas antibakteri dengan metode dilusi cair, dibagi menjadi 10
kelompok perlakuan dengan konsentrasi 100% v/v, 50% v/v, 25% v/v, 12,5% v/v,
6,25% v/v, 3,125% v/v, 1,56% v/v, 0,78% v/v, 0,39% v/v, 0,19% v/v, dan 3
kelompok control yaitu control positif, control negative, dan control sample. Analisis
statistic menggunakan Kruskall-Wallis Test dan Mann-Whitney Test.
Hasil : Hasil untuk uji aktivitas antibakteri untuk Kadar Hambat Minimum (KHM)
ekstrak bawang putih terhadap E coli didapatkan perbedaan bermakna mulai dari
konsentrasi 50% v/v dengan p=0,008. Dan untuk Kadar Bunuh Minimum (KBM)
didapatkan perbedaan bermakna mulai dari konsentrasi 50% v/v dengan p=0,008.
Kesimpulan : Hasil dari uji aktivitas antibakteri ini adalah bersifat bakterisid
terhadap E.coli. KHM dan KBM terhadap E.coli sama-sama 50% v/v dengan
p=0,008.
Kata kunci : Allium sativum Linn, E.coli, efek antibakteri, KHM (Kadar Hambat
Minimum), KBM (Kadar Bunuh Minimum).
* Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
** Staf Pengajar Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
5
PENDAHULUAN
Sebagai bumbu dapur, bawang putih (Allium sativum Linn)
mempunyai peranan penting dalam melezatkan dan menimbulkan aroma yang
sedap pada masakan. Akan tetapi selain sebagai bumbu, bawang putih
memiliki khasiat yang luar biasa bagi kesehatan. Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui khasiat bawang putih, namun keterbatasan
informasi yang diterima masyarakat dan adanya pergeseran pola hidup
masyarakat ke arah moderen mengakibatkan khasiat bawang putih mulai
dilupakan masyarakat.
Louis Pasteur menyatakan bahwa terdapat daya antimikroba pada
bawang putih mentah atau pada jus bawang putih. Sudah sejak zaman dahulu,
bawang putih telah digunakan masyarakat secara luas untuk mengobati
infeksi. Bawang putih mempunyai spektrum antimikroba yang lebar sehingga
dapat membunuh bakteri gram negative dan bakteri gram positif. Hasil riset
telah membuktikan hal-hal sebagai berikut : 1) jus bawang putih diteliti dapat
membunuh bakteri flora normal intestinal yang menjadi pathogen; 2) bawang
putih dapat mengatasi bakteri-bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik;
3) kombinasi bawang putih dan antibiotik dapat bekerja secara sinergis
sebagian atau menyeluruh; 4) secara sempurna dapat mengurangi resistensi
bakteri telah terbukti dalam penelitian berulangkali; 5) bahkan toksin yang
dihasilkan bakteri dapat dihambat oleh bawang putih.(1)
6
Alisin adalah zat aktif dalam bawang putih yang efektif dapat
membunuh mikroba, seperti kuman-kuman penyebab infeksi (flu,
gastroenteritis, dan demam).(2)
E coli termasuk organisme enterik golongan heterogen gram negatif,
berbentuk batang, tidak berspora yang merupakan flora normal dalam usus.
E coli dapat mengakibatkan infeksi klinis apabila mencapai jaringan di luar
intestinal normal atau tempat flora normal yang kurang umum. Merupakan
bakteri yang dapat memfermentasikan karbohidrat kecuali laktosa. E coli
merupakan penyebab paling banyak untuk infeksi saluran kencing terutama
pada wanita muda. E coli juga sering menyebabkan diare yang sering terjadi
di seluruh dunia.(3)
Berdasarkan sumber-sumber pustaka diatas maka apakah secara
invitro ekstrak bawang putih mempunyai efektivitas sebagai antibakteri
terhadap E coli. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas ekstrak bawang putih terhadap E coli. Sedangkan tujuan khususnya
yaitu membandingkan efek antibakteri ekstrak bawang putih pada berbagai
konsentrasi terhadap E coli, dan menentukan Kadar Hambat Minimum
(KHM) serta Kadar Bunuh Minimum (KBM) bawang putih terhadap E coli.
7
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan post
test only control group design. Sampel penelitian berupa ekstrak bawang putih
(Allium sativum Linn) yang dibuat dengan metode maserasi yang diperoleh
dari Laboratorium Farmasi FK UGM Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi FK UNDIP Semarang. Penelitian ini
menggunakan metode dilusi yang meliputi dua tahap, yaitu penentuan KHM
(Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh Minimum).(4,5)
Konsentrasi ekstrak bawang putih yang digunakan 10 konsentrasi yaitu
100%, 50%, 25%, 6,25%, 3,125%, 1,56%, 0,78%, 0,39%, dan 0,19%.
Ditambah 1 kelompok kontrol bakteri (K+), 1 kelompok kontrol bahan (Ks)
dan 1 kelompok kontrol bakteri mati (K-). Selanjutnya sediakan 13 tabung
untuk masing-masing konsentrasi diatas beserta kelompok kontrolnya.
Tabung 1 diisi 1 ml ekstrak Allium sativum Linn dengan konsentrasi sample
100% ditambah 0,1 ml suspensi bakteri. Tabung 2 diisi 1 ml ekstrak Allium
sativum Linn dengan konsentrasi sample 50 % dalam media MH cair
ditambah 0,1 ml suspensi bakteri. Tabung 3 diisi 1 ml ekstrak Allium sativum
Linn dengan konsentrasi sample 25 % dalam media MH cair ditambah 0,1 ml
suspensi bakteri. Tabung 4 diisi 1 ml ekstrak Allium sativum Linn dengan
konsentrasi sample 12,5 % dalam media MH cair ditambah 0,1 ml suspensi
bakteri. Tabung 5 diisi 1 ml ekstrak Allium sativum Linn dengan konsentrasi
sample 6,25 % dalam media MH cair ditambah 0,1 ml suspensi bakteri.
8
Tabung 6 diisi 1 ml ekstrak Allium sativum Linn dengan konsentrasi sample
3,125 % dalam media MH cair ditambah 0,1 ml suspensi bakteri. Tabung 7
diisi 1 ml ekstrak Allium sativum Linn dengan konsentrasi sample 1,56 %
dalam media MH cair ditambah 0,1 ml suspensi bakteri. Tabung 8 diisi 1 ml
ekstrak Allium sativum Linn dengan konsentrasi sample 0,78 % dalam media
MH cair ditambah 0,1 ml suspensi bakteri. Tabung 9 diisi 1 ml ekstrak Allium
sativum Linn dengan konsentrasi sample 0,39 % dalam media MH cair
ditambah 0,1 ml suspensi bakteri. Tabung 10 diisi 1 ml ekstrak Allium
sativum Linn dengan konsentrasi sample 0,19 % dalam media MH cair
ditambah 0,1 ml suspensi bakteri. Tabung 11 sebagai kontrol bakteri (K+)
diisi 1 ml media MH cair dengan konsentrasi sampel 0 % ditambah 0,1 ml
suspensi bakteri. Tabung 12 sebagai kontrol bakteri mati (K-) diisi 1 ml
ekstrak Allium sativum Linn dalam media MH cair dengan konsentrasi sampel
0,0475 % ditambah 0,1 suspensi bakteri dan 0,1 ml formalin. Tabung 13
sebagai kontrol bahan (Ks) diisi 1 ml ekstrak Allium sativum Linn dalam
media MH cair dengan konsentrasi sampel 0,095 %. Pada konsentrasi bawang
putih 0,0475% pada kontrol bakteri mati (K-) merupakan batas maksimum
yang tidak akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri sehingga formalin
digunakan dalam kontrol kuman mati ini untuk mematikan bakteri.
Perlakuan di atas dilakukan pengulangan sebanyak lima kali. Kesemua
tabung diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam, kemudian diamati,
dibandingkan dengan kontrol. Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang
9
dapat menghambat pertumbuhan bakteri (ditandai dengan kejernihan secara
visual oleh tiga pengamat secara independen) ditentukan sebagai Kadar
Hambat Minimum (KHM).
Untuk mengetahui Kadar Bunuh Minimum (KBM), larutan tadi
digoreskan pada media MH padat kemudian diinkubasi pada suhu 37°C
selama 18-24 jam. MBC ditentukan pada konsentrasi terendah dimana pada
media tidak terdapat pertumbuhan koloni kuman.
Data yang dikumpulkan adalah data primer hasil pengamatan tingkat
kejernihan secara visual media MH cair dan hasil pertumbuhan koloni kuman
pada MH padat, dengan menganalisis kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol, keduanya sebagai variable tergantung. Variable bebas pada penelitian
ini adalah konsentrasi bawang putih.
Karena data nonparametrik, dilakukan uji Kruskal Wallis dan
dilanjutkan uji Mann-whitney. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 15.0
for Windows.
10
HASIL
Hasil pengamatan untuk menentukan KHM dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengamatan Kekeruhan Larutan pada Media MH Cair
Repl
ikasi
100
%
50% 25% 12,5% 6,25% 3,125% 1,56% 0,78% 0,39% 0,19% Kon
trol
posi
tif
Kon
trol
nega
tif
Kon
trol
sam
ple
I - - - - + + + + + + + - -
II - - - - + + + + + + + - -
III - - + + + + + + + + + - -
IV - - + + + + + + + + + - -
V - - - + + + + + + + + - -
Keterangan + : keruh - : jernih
Hasil pengamatan untuk menentukan KBM dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Pengamatan Kekeruhan Larutan pada Media MH Cair
Replikasi 100% 50% 25% 12,5
%
6,25
%
3,125
%
1,56
%
0,78
%
0,39
%
0,19
%
Kon
trol
posi
tif
Kon
trol
nega
tif
Kon
trol
sam
ple
I - - - + + + + + + + + - -
II - - + + + + + + + + + - -
III - - + + + + + + + + + - -
IV - - + + + + + + + + + - -
V - - + + + + + + + + + - -
Keterangan + : terdapat pertumbuhan kuman - : tidak terdapat pertumbuhan kuman
PEMBAHASAN
Hasil uji beda dengan Kruskall Wallis Test yang kemudian dilanjutkan
dengan Mann-Whitney Test menunjukan bahwa efek penghambatan
pertumbuhan yang bermakna (dibandingkan dengan kontrol positif) terdapat
pada konsentrasi 100% dan 50%. Kadar Hambat Minimum (KHM) adalah
konsentrasi terkecil dimana terdapat perbedaan bermakna dalam pertumbuhan
11
bakteri setelah dibandingkan dengan kontrol positif (p<0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa KHM bawang putih adalah 50%.
Secara statistik Kadar Bunuh Minimum (KBM) ditentukan pada
konsentrasi terkecil dimana terdapat perbedaan bermakna dalam pembunuhan
pertumbuhan bakteri bila dibandingkan dengan kontrol positif (p<0,05).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KBM bawang putih adalah 50%.
Berdasarkan penelitian ini, dengan metode dilusi, didapatkan KHM &
KBM Allium sativum Linn pada konsentrasi 50% (K+ p<0,05). Hasil ini
menunjukan bahwa Allium sativum Linn memiliki aktivitas antibakteri
terhadap E coli, yaitu sebagai pembunuh pertumbuhan bakteri (bakterisid).
Hal ini dapat dijelaskan dari sisi bakteri dan zat aktif yang terkandung dalam
Allium sativum Linn.
Allicin adalah zat aktif dalam bawang putih yang efektif dapat
membunuh mikroba. Allicin mempunyai aktivitas antimikroba yang
bervariasi. Allicin dalam bentuk yang murni mempunyai : 1) daya antibakteri
dengan spectrum yang luas, termasuk pada strain E coli yang enterotoksigenik
multi-drug resistant ; 2) daya aktivitas antifungi misalnya Candida albicans ;
3) daya aktivitas antiparasit yaitu misal parasit protozoa yang sering pada usus
manusia seperti Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia; dan 4) daya
aktivitas antivirus.(6)
Allicin merupakan senyawa sulfur yang reaktif dan cenderung tidak
stabil yang mempunyai kemampuan untuk melawan katalisator biologis
12
(enzim) khususnya yang berada didalam atau dibawah lapisan bakteri yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi bakteri.(7)
KESIMPULAN
1. Allium sativum Linn. mempunyai aktivitas antibakteri terhadap E coli
2. KHM dan KBM Allium sativum Linn terhadap E coli adalah pada
konsentrasi 50 %
SARAN
1. Perlu menguji daya antibakteri zat-zat yang terkandung dalam Allium sativum
Linn terhadap E coli dan perlu dicari zat yang bertanggung jawab dalam
aktivitas tersebut
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap antibakteri dari ekstrak Allium
sativum Linn secara in vivo
13
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih atas bimbingan dr. Margawati DH,
dr. Noor Wijayahadi, M Kes PhD dan dr Subakir SpKK,Sp.MK., dan seluruh
staf Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang. Juga beserta keluarga dan teman-teman yang telah mendukung
penulis baik secara moral maupun material.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Bastyr University, Research institute , Kenmore , WA 98028, USA . Protection
against Helicobacter pylori and other bacterial infections by garlic. Available
from URL:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11238826?
ordinalpos=1&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pub
med_RVAbstractPlusDrugs1 . Diakses tanggal : 7 Februari 2008
2. Iyam Siti S, Tajudin. Khasiat & Manfaat Bawang putih Raja Antibiotik Alami.
Jakarta: Agromedia Pustaka, 2003; 2-6,12,14
3. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran,buku1,Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Medika, 2005; 235,358-60
4. Talaro K, Talaro A. Foundation in Microbiology. Edisi ke-2. London : WCB
Publisher, 1996; 376-77
5. Jorgensen JH,Turnidge JD. Susceptibility Test Methods: Dilution and Diffusion
Methods. Di dalam : Murray PR, Baron EJ, Jorgensen JH, Pfaller MA, Yolken
RH, ed. Manual of clinical microbiology. Edisi ke 8. Washington DC : ASM
Press, 2003; 1108-16
6. Serge Ankri, David Mirelman, Antimicrobial properties of allicin from garlic.
Available from URL: http://www.sciencedirect.com/science?
_ob=ArticleURL&_udi=B6VPN-439NFC3-
3&_user=10&_rdoc=1&_fmt=&_orig=search&_sort=d&view=c&_acct=C00005
0221&_version=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=5570b3a3505ee568825a1
16b2fc29288 . Diakses tanggal : 7 Februari 2008 .
7. Stephen Fulder, John Blackwood , & Eddy Soetrisno. Buku Pintar Terapi Bawang
Putih. Jakarta : Inovasi ; 41,52
8. Sopiyudin Dahlan , Seri Statistik : Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Arkans, 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar